Jumat, 09 Maret 2012

FRANS KAISIEPO


Frans Kaisiepo dilahirkan di Biak, 10 Oktober 1921. Jiwa nasionalismenya tumbuh mekar ketika ia berkenalan dengan Sugoro Atmoprasojo, mantan guru pada Perguruan Taman Siswa, yang diasingkan di Boven Digul akibat kiprah politik nasionalisnya.

Frans Kaisiepo menggagas berdirinya Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak, setahun setelah Indonesia merdeka. Ia juga menjadi salah seorang anggota delegasi Papua (Nederlands Nieuwe Guinea) pada Konferensi Malino, Sulawesi Selatan, yang diprakarsai Belanda. Konferensi itu membahas perihal pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT). Pada konferensi tersebut ia secara tegas menolak rencana penggabungan Papua ke dalam Negara Indonesia Timur. Menurutnya, Papua adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena penolakan Frans, Negara Indonesia Timur akhirnya hanya beranggotakan Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Ia juga mengganti nama Papua (Nederlands Nieuwe Guinea) menjadi IRIAN yang merupakan singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherlands.

Frans terus bersikap anti Belanda. Ia menggalang kekuatan di Biak guna menentang kehadiran Belanda di sana. Ia juga menolak dengan tegas pengangkatan dirinya menjadi anggota delegasi Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda. Sikap keras Frans membuat Belanda kemudian mengasingkannya ke tempat-tempat terpencil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar